Divergent (2014): Kisah Distopia tentang Identitas dan Keberanian

filemxxi.com – Film Divergent yang dirilis pada tahun 2014 merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Veronica Roth. Film ini disutradarai oleh Neil Burger dan dibintangi oleh Shailene Woodley, Theo James, dan Kate Winslet. Mengambil latar di dunia distopia, Divergent menceritakan perjuangan seorang gadis muda dalam mencari identitasnya di tengah masyarakat yang membagi manusia ke dalam lima faksi berdasarkan sifat kepribadian mereka. Film ini memadukan elemen aksi, romansa, dan tema-tema filosofis yang berfokus pada kebebasan, penyesuaian diri, dan keberanian.

Baca Juga: Kemerdekaan Indonesia: Sejarah, Proses, dan Makna

Sinopsis Singkat

Divergent berlatar di masa depan pasca-apokaliptik di kota Chicago yang kini terbagi menjadi lima faksi berdasarkan kepribadian individu: Abnegation (tidak mementingkan diri sendiri), Amity (damai), Candor (jujur), Dauntless (berani), dan Erudite (cerdas). Di usia 16 tahun, setiap warga harus memilih faksi yang akan mereka jalani seumur hidup. Mereka bisa memilih untuk tetap berada di faksi tempat mereka dilahirkan atau pindah ke faksi yang baru sesuai dengan hasil tes kecakapan mereka.

Tokoh utama, Beatrice “Tris” Prior (Shailene Woodley), lahir di faksi Abnegation, tetapi setelah menjalani tes kecakapan, ia menemukan bahwa dirinya adalah seorang “Divergent”, yang berarti ia memiliki kecenderungan untuk masuk ke lebih dari satu faksi. Divergent dianggap berbahaya oleh pemerintah karena mereka tidak bisa dikendalikan. Tris kemudian memilih faksi Dauntless, faksi yang berfokus pada keberanian, untuk melarikan diri dari identitasnya sebagai Divergent.

Seiring berjalannya waktu, Tris harus menghadapi serangkaian ujian fisik dan mental yang ekstrem untuk membuktikan kelayakannya di faksi barunya. Di tengah latihan yang brutal, ia juga menemukan bahwa ada konspirasi besar yang melibatkan faksi Erudite, yang dipimpin oleh Jeanine Matthews (Kate Winslet), untuk menggulingkan faksi Abnegation yang memimpin pemerintahan. Bersama Four (Theo James), instruktur sekaligus kekasihnya, Tris berjuang untuk melawan ancaman ini, sambil mencoba menyembunyikan identitas Divergent-nya.

Baca Juga: Banjir Johnstown: Tragedi Besar di Pennsylvania yang Mengubah Sejarah

Karakter Utama

  1. Tris Prior (Shailene Woodley) Tris adalah protagonis utama yang mengalami pergulatan batin dalam menentukan siapa dirinya sebenarnya. Berasal dari keluarga Abnegation yang selalu mengutamakan orang lain di atas kepentingan pribadi, Tris selalu merasa tidak cocok dengan sifat tersebut. Tes kecakapan yang ia jalani menunjukkan bahwa ia tidak cocok untuk hanya satu faksi, melainkan beberapa, menandainya sebagai Divergent. Sepanjang film, Tris tumbuh dari sosok yang ragu menjadi seseorang yang berani, rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang-orang yang ia cintai dan melawan ketidakadilan.
  2. Four (Theo James) Four, yang juga dikenal dengan nama asli Tobias Eaton, adalah instruktur di Dauntless yang keras, penuh disiplin, namun diam-diam peduli pada Tris. Sebagai mantan anggota Abnegation, Four memiliki masa lalu yang kelam, terutama terkait hubungan yang buruk dengan ayahnya. Ia juga seorang Divergent, namun telah berhasil menyembunyikan identitasnya selama bertahun-tahun. Karakternya membawa elemen romansa sekaligus mentor yang membantu Tris dalam menghadapi tantangan di faksi Dauntless.
  3. Jeanine Matthews (Kate Winslet) Jeanine Matthews adalah antagonis utama dalam Divergent. Sebagai pemimpin faksi Erudite, Jeanine berambisi untuk menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Abnegation. Dia percaya bahwa faksi Divergent adalah ancaman bagi stabilitas masyarakat yang telah dibangun dan berusaha untuk membasmi mereka. Peran Jeanine mencerminkan kekuasaan yang korup dan obsesi terhadap kontrol penuh.

    Baca Juga: Bukayo Saka: Bintang Muda Arsenal dan Masa Depan Sepak Bola Inggris

Tema-Tematik dalam Film

1. Identitas dan Pilihan Salah satu tema utama dalam Divergent adalah pencarian identitas diri. Tris, sebagai seorang Divergent, mengalami dilema ketika ia tidak dapat cocok dengan hanya satu faksi. Dalam dunia yang sangat terstruktur dan terbagi, menjadi berbeda adalah ancaman, namun juga simbol kekuatan. Film ini mengajukan pertanyaan penting: Apakah kita harus disesuaikan dengan kategori tertentu ataukah ada kekuatan dalam perbedaan? Tris akhirnya memilih untuk tidak terbatas pada satu definisi, mencerminkan realitas bahwa identitas manusia sering kali kompleks dan berlapis.

2. Kontrol Sosial Masyarakat dalam Divergent diatur dengan ketat melalui faksi-faksi yang mengharuskan setiap individu memilih satu jalur hidup yang sesuai dengan kepribadiannya. Ini adalah bentuk kontrol sosial yang diterapkan untuk menjaga stabilitas dan menghindari konflik. Namun, seperti yang terlihat dalam konspirasi Erudite, sistem ini juga digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil kekuasaan. Film ini mengkritik pemerintahan yang menekan kebebasan individu demi mempertahankan kekuasaan dan stabilitas.

3. Keberanian Faksi Dauntless, tempat Tris bergabung, adalah simbol dari keberanian fisik dan mental. Sepanjang film, Tris harus belajar untuk mengatasi rasa takutnya, baik dalam bentuk ancaman fisik maupun psikologis. Namun, film ini juga menunjukkan bahwa keberanian bukan hanya soal menghadapi rasa takut, tetapi juga soal membuat keputusan yang sulit dan membela kebenaran meskipun dunia menentangnya. Dalam konteks ini, keberanian Tris tidak hanya terwujud dalam pertarungannya melawan musuh fisik, tetapi juga dalam usahanya menerima dan mengakui siapa dirinya sebenarnya.

Baca Juga: Kabupaten Pesawaran: Surga Wisata di Pesisir Lampung

Visual dan Sinematografi

Divergent memanfaatkan estetika visual yang khas untuk menggambarkan dunia distopia pasca-apokaliptik. Dengan dominasi bangunan-bangunan rusak, infrastruktur yang runtuh, dan batas-batas kota yang penuh dengan reruntuhan, film ini menekankan betapa terpisahnya masyarakat dari dunia luar. Setiap faksi juga memiliki identitas visual yang berbeda; Dauntless, misalnya, ditampilkan dalam latar yang keras dan penuh tantangan fisik, sedangkan Erudite digambarkan dengan latar belakang teknologi tinggi yang mencerminkan intelektualitas mereka.

Penggunaan CGI di film ini juga membantu menciptakan momen-momen aksi yang mendebarkan, terutama dalam adegan-adegan ujian Dauntless yang berbahaya. Sinematografi yang dinamis dalam adegan-adegan pertarungan dan aksi juga menjaga intensitas, membuat penonton tetap terlibat dalam narasi.

Pengaruh dan Penerimaan

Pada saat dirilis, Divergent menjadi salah satu film yang paling dinanti oleh para penggemar novel distopia, menyusul kesuksesan film-film seperti The Hunger Games. Film ini mendapatkan beragam ulasan, dengan pujian yang ditujukan pada penampilan Shailene Woodley sebagai Tris, serta dunia distopia yang diciptakan dengan detail dan gaya visual yang memukau.

Namun, ada juga kritik yang mengatakan bahwa Divergent terlalu mengikuti formula distopia yang sudah sering terlihat dalam film lain, seperti fokus pada seorang remaja yang melawan sistem otoriter. Meskipun begitu, Divergent tetap berhasil meraih kesuksesan komersial, dengan pendapatan box office yang cukup tinggi dan menghasilkan beberapa sekuel untuk melanjutkan cerita.

Kesimpulan

Divergent adalah film yang menarik dengan tema-tema kuat tentang identitas, keberanian, dan kontrol sosial. Meskipun mengikuti pola dasar film-film distopia remaja, film ini menawarkan karakter yang menarik, terutama dalam sosok Tris, serta dunia yang dirancang dengan baik untuk menggambarkan tantangan-tantangan dalam masyarakat yang terbagi. Dengan unsur aksi, misteri, dan romansa, Divergent tetap menjadi salah satu film adaptasi novel yang menonjol di genre ini, memikat penonton dengan pesan moral yang relevan dan visual yang memukau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *